Budak Badeur: Teori Menulis Prosa Dengan Metode Inkuiri: Pengertian Menulis Bahasa komunikasi sehari-hari yang biasa kita pergunakan ada tulisan dan lisan, Banyak cara yang dilak...
Budak Badeur: Pembelajaran IPA Tentang Energi Alternatif
Budak Badeur: Pembelajaran IPA Tentang Energi Alternatif: Pengertian Energi Alternatif Energi alternatif adalah istilah yang merujuk kepada semua energi yang dapat digunakan yang bertujuan ...
Pembelajaran IPA Tentang Energi Alternatif
Pengertian Energi Alternatif
Energi
alternatif adalah istilah yang merujuk kepada semua energi
yang dapat digunakan yang bertujuan untuk menggantikan bahan bakar
konvensional tanpa akibat yang tidak diharapkan dari hal tersebut. Umumnya,
istilah ini digunakan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar hidrokarbon
yang mengakibatkan kerusakan lingkungan
akibat emisi karbon dioksida
yang tinggi, yang berkontribusi besar terhadap pemanasan global
berdasarkan Intergovernmental
Panel on Climate Change. Selama
beberapa tahun, apa yang sebenarnya dimaksud sebagai energi alternatif telah berubah
akibat banyaknya pilihan energi yang bisa dipilih dengan tujuan yang berbeda
dalam penggunaannya.
Istilah
"alternatif" merujuk kepada suatu teknologi
selain teknologi yang digunakan pada bahan bakar fosil
untuk menghasilkan energi. Teknologi alternatif yang digunakan untuk
menghasilkan energi dengan mengatasi masalah dan tidak menghasilkan masalah seperti
penggunaan bahan bakar fosil.
Oxford Dictionary
mendefinisikan energi alternatif sebagai energi yang digunakan bertujuan untuk
menghentikan penggunaan sumber daya alam
atau pengrusakan lingkungan.
Energi
alternatif adalah energi pengganti daripada energi yang sering kita gunakan misalnya:
minyak tanah, batu bara, atau bensin dimana sumber energi ini merupakan bahan
bakar fosil yang nantinya bisa habis. Energi alternatif merupakan energi yang
bisa terbarukan atau bisa dipakai terus menerus, mudah didapatkan dan ramah
lingkungan.
Jenis
Energi Alternatif
Jenis-jenis
alternatif seperti matahari, angin, air dan panas bumi masih dapat dimanfaatkan
secara terbatas karena penggunaan teknologi. Masih ada yang dapat dimanfaatkan
untuk mengganti energi minyak bumi, sebagai berikut:
1). Etanol atau yang biasa dikenal sebagai
alkohol, cairan yang gampang sekali menguap, tak berwarna dan bisa terbakar
sangat berguna dalam kegiatan sehari-hari. Alkohol diproduksi dari tanaman,
punya kandungan emisi yang sangat sedikit. Beberapa negara sudah mulai
menggunakannya sebagai campuran bensin. Dengan komposisi 85 persen etanol dan
15 persen bensin.
2). Nitrogen cair bisa digunakan untuk teknologi
bahan bakar di masa depan. Dengan memanaskan nitrogen cair dan mengambil ektrak
panasnya untuk menggerakkan mesin sehingga bisa bekerja.
3). LPG saat ini sudah
mulai memasyarakat di Indonesia. Sebutan lainnya untuk LPG adalah elpiji. Bahan
bakar gas untuk konsumsi kompor. LPG bahan yang sangat mudah terbakar.
Merupakan campuran hidrogen. Selain kompor juga penggunaan untuk transportasi
sudah mulai marak. Sayangnya banyak konsumen yang tidak tahu memperlakukan LPG
sebagai gas yang mudah terbakar. Sehingga kasus meledaknya kompor gas masih
saja terjadi.
4). Gas Alam sering juga disebut sebagai BBG
(Bahan Bakar Gas). Mempunyai tingkat polusi yang rendah jika dibandingkan
dengan bensin dan diesel. Permasalahan yang timbul dari penggunaan BBG adalah
harus menyimpannya dalam tabung/tangki yang kuat, karena bertekanan tinggi.
5). Sampah organik di beberapa negara sampah
organis sudah dipergunakan untuk bahan bakar motor. Caranya dengan memproses
sampah organis menjadi gas sintesis lalu dicampur dengan etanol agar mudah
terbakar dalam prosesnya.
6). Tekanan udara, sudah dikembangkan oleh
perusahaan mobil asal India, Tata Motor. Dengan menggunakan tekanan udara yang
terkompresi tinggi tidak membutuhkan busi dan mesin pendingin. Penggunaan
tekanan udara ini tentu saja akan menghemat biaya produksi.
7). Biodisel, bahan bakar ini dihasilkan dari
minyak hewan dan nabati. Mempunyai emisi yang rendah. Hanya penggunaan Biodiesel
bisa mengancam persediaan pangan manusia karena terbuat dari tumbuhan dan
hewan.
Keuntungan
dan Kerugian Energi Alternatif
1) Keuntungan
Sumber energi alternatif dapat
digunakan terus karena tidak akan habis, Energi yang dihasilkan sangat besar. Energi
alternatif tidak mencemari lingkungan.
2) Kerugian
Dibutuhkan biaya yang besar untuk memanfaatkan energi alternatif. Dibutuhkan teknologi tinggi dan pemikiran yang rumit untuk memanfaatkan energi alternatif.
Dibutuhkan biaya yang besar untuk memanfaatkan energi alternatif. Dibutuhkan teknologi tinggi dan pemikiran yang rumit untuk memanfaatkan energi alternatif.
Hakekat
Pembelajaran IPA
Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun
secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006)
bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep,
atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”.
Hakikat
pembelajaran IPA sebagai proses untuk melaksanakan pembelajaran yang melatih
keterampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan.
Asy’ari,
Muslichah (2006: 22) menyatakan bahwa keterampilan proses yang perlu dilatih
dalam pembelajaran IPA meliputi keterampilan proses dasar misalnya mengamati,
mengukur, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengenal hubungan ruang dan
waktu, serta keterampilan proses terintegrasi misalnya merancang dan melakukan
eksperimen yang meliputi menyusun hipotesis, menentukan variable, menyusun
definisi operasional, menafsirkan data, menganalisis dan mensintesis data.
Poedjiati (2005:78) menyebutkan bahwa keterampilan dasar dalam pendekatan
proses adalah observasi, menghitung, mengukur, mengklasifikasi, dan membuat
hipotesis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses dalam
pembelajaran IPA di SD meliputi keterampilan dasar dan keterampilan
terintegrasi. Kedua keterampilan ini dapat melatih siswa untuk menemukan dan
menyelesaikan masalah secara ilmiah untuk menghasilkan produk-produk IPA yaitu
fakta, konsep, generalisasi, hukum dan teori-teori baru.
Sehingga
perlu diciptakan kondisi pembelajaran IPA di SD yang dapat mendorong siswa
untuk aktif dan ingin tahu. Dengan demikian, pembelajaran merupakan kegiatan
investigasi terhadap permasalahan alam di sekitarnya. Setelah melakukan
investigasi akan terungkap fakta atau diperoleh data. Data yang diperoleh dari
kegiatan investigasi tersebut perlu digeneralisir agar siswa memiliki pemahaman
konsep yang baik. Untuk itu siswa perlu di bimbing berpikir secara induktif.
Selain itu, pada beberapa konsep IPA yang dilakukan, siswa perlu memverifikasi
dan menerapkan suatu hukum atau prinsip. Sehingga siswa juga perlu dibimbing
berpikir secara deduktif. Kegiatan belajar IPA seperti ini, dapat menumbuhkan
sikap ilmiah dalam diri siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hakikat
IPA meliputi beberapa aspek yaitu faktual, keseimbangan antara proses dan
produk, keaktifan dalam proses penemuan, berfikir induktif dan deduktif, serta
pengembangan sikap ilmiah.
Pelaksanaan
pembelajaran IPA seperti diatas dipengaruhi oleh tujuan apa yang ingin dicapai
melalui pembelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran IPA di SD telah dirumuskan
dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku di Indonesia. Kurikulum yang sekarang
berlaku di Indonesia adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam
kurikulum KTSP selain dirumuskan tentang tujuan pembelajaran IPA juga
dirumuskan tentang ruang lingkup pembelajaran IPA, standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan arah pengembangan pembelajaran IPA untuk mengembangkan
materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian. Sehingga setiap kegiatan pendidikan formal di SD harus mengacu pada
kurikulum tersebut.
Ruang
Lingkup Bahan
Ruang
lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek yaitu kerja
ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah meliputi kegiatan
penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas, pemecahan
masalah, sikap, dan nilai ilmiah. Lingkup pemahaman konsep dalam Kurikulum KTSP
relatif sama jika dibandingkan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang
sebelumnya digunakan. Secara terperinci lingkup materi yang terdapat dalam
Kurikulum KTSP adalah: (1) makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu
manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
(2) benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan
gas. (3) energi dan perubahaannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. (4) bumi dan alam semesta meliputi:
tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Dengan demikian, dalam
pelaksanaan pembelajaran IPA kedua aspek tersebut saling berhubungan. Aspek
kerja ilmiah diperlukan untuk memperoleh pemahaman atau penemuan konsep IPA.
Tujuan
Belajar IPA
Tujuan
pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) secara
terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha
Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya, (2)
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin
tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling
mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4)
mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta
dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal
pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan
pendidikan ke SMP atau MTs.
Prinsip-prinsip
Belajar IPA
Pembelajaran
IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan sekitanya. Hal ini
mengakibatkan pembelajaran IPA perlu mengutamakan peran siswa dalam kegiatan
belajar mengajar. Sehingga pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang
berpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran
tersebut. Guru berkewajiban untuk
meningkatkan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA.
Tujuan ini tidak terlepas dari hakikat IPA sebagai produk, proses dan sikap
ilmiah. Oleh sebab itu, pembelajaran IPA perlu menerapkan prinsip-prinsip
pembelajaran yang tepat.
Asy’ari,
Muslicah (2006:25) memaparkan beberapa prinsip pembelajaran IPA di SD sebagai
berikut.
1) Empat Pilar Pendidikan
Global, yang meliputi learning to know,
learning to do, learning to be, learning to
live together. Learning to know,
artinya dengan meningkatkan interaksi siswa dengan lingkungan fisik dan
sosialnya diharapkan siswa mampu membangun pemahaman dan pengetahuan tentang
alam sekitarnya. Learning to do,
artinya pembelajaran IPA tidak hanya menjadikan siswa sebagai pendengar
melainkan siswa diberdayakan agar mau dan mampu untuk memperkaya pengalaman
belajarnya. Learning to be, artinya
dari hasil interaksi dengan lingkungan siswa diharapkan dapat membangun rasa
percaya diri yang pada akhirnya membentuk jati dirinya. Learning to live together, artinya dengan adanya kesempatan
berinteraksi dengan berbagai individu akan membangun pemahaman sikap positif
dan toleransi terhadap kemajemukan dalam kehidupan bersama.
2) Prinsip Inkuiri,
prinsip ini perlu diterapkan dalam pembelajaran IPA karena pada dasarnya anak
memiliki rasa ingin tahu yang besar, sedang alam sekitar penuh dengan fakta
atau fenomena yang dapat merangsang siswa ingin tahu lebih banyak. Masnur
Muslichah, dalam Istiqomah, Lailatul (2009:32) berpendapat bahwa inquiri
diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan bermakna
untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Dengan demikian,
pengetahuan dan keterampilan yang diperolah siswa tidak dari hasil mengingat
seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya.
Beberapa komponen inqiuri yang terdapat dalam pembelajaran antara lain: (a)
pengetahuan dan keterampilan akan lebih lama diingat apabila siswa menemukan
sendiri, (b) informasi yang diperoleh siswa akan lebih mantap apabila diikuti
dengan bukti-bukti atau data yang ditemukan sendiri oleh siswa, dan (c) siklus
inquiri adalah observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data dan
penyimpulan.
3) Prinsip
Konstruktivisme. Dalam pembelajaran IPA sebaiknya guru dalam mengajar tidak
memindahkan pengetahuan kepada siswa. Melainkan perlu dibangun oleh siswa
dengan cara mengkaitkan pengetahuan awal yang mereka miliki dengan struktur
kognitifnya.
4) Prinsip Salingtemas
(sains, lingkungan, teknologi, masyarakat). IPA memiliki prinsip-prinsip yang
dibutuhkan untuk pengembangan teknologi. Sedang perkembangan teknologi akan
memacu penemuan prinsip-prinsip IPA yang baru.
5)
Prinsip pemecahan masalah. Pada dasarnya dalam kehidupan sehari-hari manusia
selalu berhadapan dengan berbagai macam masalah. Disisi lain, salah satu alat
ukur kecerdasan siswa banyak ditentukan oleh kemampuannya memecahkan masalah.
Oleh karena itu, pembelajaran IPA perlu menerapkan prinsip ini agar siswa
terlatih untuk menyelesaikan suatu masalah.
6) Prinsip pembelajaran
bermuatan nilai. Masyarakat dan
lingkungan sekitar memiliki nilai-nilai yang terpelihara dan perlu dihargai.
Oleh karena itu, pembelajaran IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak
berdampak buruk terhadap lingkungan atau kontradiksi dengan nilai-nilai yang diperjuangkan
masyarakat sekitar.
7) Prinsip Pakem
(pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan). Prinsip ini pada
dasarnya merupakan prinsip pembelajaran yang berorientasi pada siswa aktif
untuk melakukan kegiatan baik aktif berfikir maupun kegiatan yang bersifat
motorik. Ketujuh prinsip itu perlu dikembangkan dalam pembelajaran IPA yang
kontekstual di SD. Hal ini bertujuan agar pembelajaran
IPA lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa, sehingga hasil belajar yang
diperoleh siswa maksimal.
Teori Menulis Prosa Dengan Metode Inkuiri
Pengertian
Menulis
Bahasa
komunikasi sehari-hari yang biasa kita pergunakan ada tulisan dan lisan,
Banyak cara yang dilakukan untuk
berkomunikasi tidak langsung yang menggunakan media sebagai perantaranya. Media
tersebut salah satunya adalah menulis. Dengan menulis setiap orang dapat
menyampaikan serta mengekspresikan idenya ke dalam sebuah tulisan.
Menulis
merupakan bentuk komunikasi dengan media bahasa tulis. Sabarti Akhadiah memberikan penjelasan
mengenai hal tersebut melalui pernyataannya sebagi berikut ini.
Menulis
dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan
tulisan sebagai mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam
suatu tulisan. Adapun tulisan merupakan sebuah sistim komunikasi antar manusia
yang menggunakan simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati
pemakainya (Akhadiah, 1977:1.3).
Supani
mengemukakan bahwa “menulis adalah keterampilan berbahasa yang dipergunakan
untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang
lain” (Supani, 1990:2) .
“Menulis ialah
menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan bahasa
yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang
grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu” (Tarigan
dalam Supriadi, 1993:254).
Manfaat
Menulis
Salah seorang
tokoh peneliti belajar mengajar menulis yaitu Graves (dalam Akhadiah,
1997:1.4), menyampaikan manfaat menulis sebagai berikut.
1)
Menulis menyumbang kecerdasan.
2)
Menulis mengembangkan daya inisiatif dan
kreativitas.
3)
Menulis menumbuhkan keberanian.
4)
Menulis mendorong kemauan dan kemampuan
mengumpulkan informasai.
Kegiatan dalam
proses belajar tidak akan terlepas dari kegiatan menulis. Seperti dikemukakan
oleh Yus Rusyana (dalam Kustianingsih, 1997:31) bahwa manfaat menulis adalah
sebagai berikut.
1) Mencatat sesuatu agar
tidak dilupakan.
Kegiatan
seperti ini yang paling umum adalah membuat catatan pada agenda harian,
misalnya tentang acara kegiatan, dan garis besar sesuatu pembicaraan. Membuat
catatan seperti ini berguna untuk mengatasi kelupaan dan dapat dijadikan
sebagai dokumen yang dapat kita ungkap pada saat diperlukan.
2) Mencatat
Pikiran-pikiran
Dalam kehidupan, kita menemukan masalah-masalah.
Masalah-masalah itu kita pikirkan agar kita dapat menelaah dan memecahkannya.
Pikiran yang dibiarkan berkecamuk dalam batin tanpa tercatat, akan sulit
dipecahkan.
3) Mencatat
Renungan-renungan
Dalam kegiatan sehari-hari kita sering merenungkan
sesuatu. Kita menyadari bahwa hidup ini bukan kesia-siaan. Renungan ini jangan
dilupakan, karena itu tulislah.
4) Mencatat
Gagasan-gagasan
Pada suatu waktu pada diri kita timbul suatu gagasan.
Tidak selamanya seseorang mampu melahirkan suatu gagasan. Oleh karena itu, pada
waktu kita menemukan gagasan tulislah kemudian pikirkan dan laksanakan.
Manfaat menulis seperti apa yang dikemukakan oleh Sabarti
Akhadiah (1998:1-5) di antaranya sebagai berikut:
1) Kegiatan menulis dapat lebih mengerti
kemampuan dan potensi diri kita. Kita dapat mengetahui sampai dimana
pengetahuan kita tentang suatu topik.
2) Kegiatan menulis dapat mengembangkan
berbagai gagasan.
3) Kegiatan menulis lebih banyak menyerap,
serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang kita tulis.
4) Menulis berarti mengkomunikasikan
gagasan secara sistimatis serta mengungkapkan secara tersurat.
5) Kegiatan menulis kita dapat menilai diri
kita secara objektif.
6) Kegiatan menulis dapat memecahkan
permasalahan yaitu dengan menganalisanya secara tersurat dalam konteks yang
kongkrit.
7) Kegiatan menulis dapat mendorong belajar
lebih aktif. Kita menjadi penemu dan pemecah masalah.
8) Kegiatan menulis yang terencana akan
membiasakan kita berpikir serta berbahasa secara baik.
Dari ketiga
kutipan diatas manfaat dari menulis adalah menumbuhkan keberanian untuk
bertindak dengan menuangkan pikiran-pikirannya serta mengasah kompetensi diri
untuk belajar mengekspresikan setiap idenya kedalam tulisan, sehingga
bermanfaat dalam kehidupan kita.
Fungsi
Menulis
Menulis
mempunyai beberapa fungsi. Yus Rusyana (1986), mengemukakan fungsi menulis
sebagai berikut.
1) Fungsi Penataan
Pada waktu mengarang terjadi penataan
terhadap gagasan, pendapat, imajinasi, serta penggunaan bahasa untuk
mewujudkannya. Oleh karena itu mempunyai wujud tersusun.
2) Fungsi Pengawetan
Menulis berfungsi untuk mengawetkan
pengutaraan sesuatu dalam wujud dokumen tertulis. Dokumen tertulis itu sangat
berharga untuk mengungkapkan kehidupan pada jaman dahulu.
3) Fungsi Penciptaan
Dengan Menulis kita menciptakan sesuatu
yaitu mewujudkan sesuatu yang baru. Karangan sastra menunjukkan fungsi
demikian. Begitu pula karangan filsafat dan keilmuan ada yang menunjukkan
fungsi penciptaan.
4) Fungsi Penyampaian
Penyampaian itu terjadi bukan saja
kepada orang yang berdekatan tempatnya, melainkan juga kepada orang yang
berjauhan. Penyampaian juga dapat terjadi pada masa yang berlainan (Rusyana,
1986:1-6).
Berdasarkan
kutipan di atas menulis adalah alat komunikasi yang mempunyai fungsi
menyampaikan sesuatu tanpa tatap muka, tetapi juga berfungsi sebagai penataan, pengawetan, dan penciptaan.
Keterampilan
Menulis
Menulis merupakan suatu keterampilan
dalam berbahasa. Berdasarkan urutan perolehan keterampilan berbahasa, menulis
merupakan keterampilan berbahasa yang terakhir setelah mendengarkan, berbicara,
membaca.
Seseorang yang hendak melakukan kegiatan menulis setidaknya harus menguasai tiga keterampilan berbahasa lainnya. Karena untuk melahirkan sebuah tulisan, seorang penulis harus mempunyai informasi yang cukup yang dapat diperolehnya melalui mendengarkan, berbicara, dan membaca. Akhadiah (1992:1) menyatakan “Keterampilan menulis merupakan pengetahuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan”.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Atmazaki (2006: vi), bahwa seorang pengarang yang baik adalah juga seorang pembaca yang baik dan seorang pengarang yang baik juga merupakan seorang pendengar yang baik. Hasil bacaan yang dibaca dan hasil informasi yang didengar akan menentukan hasil tulisan yang ditulis oleh seorang pengarang. Dapat dikatakan bahwa kualitas tulisan seorang ditentukan oleh seberapa banyak informasi berkualitas yang diperolehnya.
Seseorang yang hendak melakukan kegiatan menulis setidaknya harus menguasai tiga keterampilan berbahasa lainnya. Karena untuk melahirkan sebuah tulisan, seorang penulis harus mempunyai informasi yang cukup yang dapat diperolehnya melalui mendengarkan, berbicara, dan membaca. Akhadiah (1992:1) menyatakan “Keterampilan menulis merupakan pengetahuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan”.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Atmazaki (2006: vi), bahwa seorang pengarang yang baik adalah juga seorang pembaca yang baik dan seorang pengarang yang baik juga merupakan seorang pendengar yang baik. Hasil bacaan yang dibaca dan hasil informasi yang didengar akan menentukan hasil tulisan yang ditulis oleh seorang pengarang. Dapat dikatakan bahwa kualitas tulisan seorang ditentukan oleh seberapa banyak informasi berkualitas yang diperolehnya.
Keterampilan menulis tidak hanya
dipengaruhi oleh keterampilan berbahasa lainnya. Akan tetapi, juga dipengaruhi
aspek kemampuan seseorang menggunakan bahasa dalam mengkomunikasikan gagasannya
dalam bentuk tulisan. Marahimin (2005:14) mengemukakan “Terdapat teknik-teknik
tertentu yang perlu dikuasai agar komunikasi kita dengan orang lain itu bisa
berjalan lancar, efektif, dan efesien”. Maka, kemampuan seseorang dalam
mengkomunikasikan ide-ide ataupun gagasan-gagasannya secara tertulis juga
dipengaruhi oleh keterampilannya dalam menguasai teknik-teknik berbahasa,
seperti kebahasaan dan nonkebahasaan.
Menurut Semi (1990: 10), seorang
penulis harus memiliki tiga keterampilan dasar dalam menulis agar ia dapat
menghasilkan tulisan yang baik. Tiga keterampilan itu adalah,
pertama, keterampilan berbahasa.
Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menggunakan ejaan, tanda baca,
pembentukan kata, pemilihan kata, dan penggunaan kalimat yang efektif. Kedua,
keterampilan penyajian. Keterampilan penyajian merupakan keterampilan penyajian
ide secara sistematis. Ketiga¸ Keterampilan perwajahan. Keterampilan
perwajahan adalah keterampilan tipografi dan pemanfaatan sarana tulis secara efektif
dan efesien.
Walaupun demikian, keterampilan menulis tidak saja
harus melalui penyampaian kaidah-kaidah tentang konsep-konsep menulis.
Hakikatnya, konsep-konsep menulis memang penting sebagai landasan dalam
mengembangkan sebuah tulisan. Namun, yang terpenting dalam memperoleh “keterampilan
menulis adalah latihan-latihan dan bimbingan. Latihan-latihan inilah yang
menjadi inti dari segala macam pelajaran menulis” (Marahimin, 2005: 21).
Untuk memperoleh keterampilan
menulis yang dilakukan dalam bentuk latihan-latihan, sebelumnya seorang penulis
harus memiliki kemampuan dalam menulis. Kemampuan menulis sangat membantu dalam
mengkomunikasikan ide dan gagasan dalam tulisan. Adapun kemampuan yang harus
dimiliki oleh seorang penulis, menurut Syafi’ie (1998: 45-47), (1) kemampuan
menemukan masalah yang akan ditulis; (2) kepekaan tehadap kondisi bacaan; (3)
menyusun perencanaan penulisan; (4) kemampuan menggunaan bahasa Indonesia; (5)
kemampuan memulai menulis; (6) kemampuan memeriksa naskah sendiri. Hal yang
sama juga dikemukakan oleh Rusyana (1984: 191) sebagai berikut:
Kemampuan
menulis mencakup berbagai kemampuan seperti: kemampuan menguasai gagasan yang
akan dikemukakan, kemampuan menggunakan unsur-unsur bahasa, kemampuan
menggunakan bentuk karangan, kemampuan menggunakan gaya, dan kemampuan
menggunakan ejaan dan tanda baca.
Berbagai Kegiatan Menulis
Keterampilan menulis dapat diklasifikasikan
berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah
kegiatan atau aktivitas dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil
produk menulis itu. Klasifikasi keterampilan menulis berdasarkan sudut pandang
kedua menghasilkan pembagian produk menulis atas empat kategori, yaitu:
karangan narasi, eksposisi, deskripsi, dan argumentasi.
Berdasarkan dua acuan tersebut di atas dapat
disusun jenis-jenis kegiatan dalam pembelajaran keterampilan menulis tersebut
dengan susunan dari yang mudah menuju kepada yang sukar adalah sebagai berikut:
(1) Menyusun karangan bersama, (2) Menyusun kembali karangan yang diacak, (3) Menyelesaikan
cerita tertulis, (4) Meringkas (sinopsis) bacaan, (5) Reka cerita gambar, (6) Mendeskripsikan sesuatu, (7) Mengembangkan
judul, (8) Menulis surat, (9) Menyusun dialog, (10) Menyusun laporan, (11) Menyusun
iklan, slogan, poster, dan spanduk, (12) Meresensi buku, (13) Menyusun karangan
ilmiah.
Pengertian
Prosa
Prosa adalah karangan bebas
yang tidak terikat oleh banyaknya baris, banyaknya suku kata, dalam setiap
baris serta tak terikat oleh irama dan rimanya seperti dalam puisi. Prosa berbeda dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang
dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti
leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin
"prosa" yang artinya "terus terang". Jenis tulisan prosa
biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa
dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta
berbagai jenis media lainnya. Prosa kadangkala juga disebut dengan istilah "gancaran".
Jenis-jenis
Prosa
Prosa biasanya dibagi menjadi empat
jenis: (1) Prosa Naratif, (2) Prosa Deskriptif, (3) Prosa Eksposisi, (4) Prosa
Argumentatif.
Jenis tulisan prosa biasanya
digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat
digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta
berbagai jenis media lainnya.
Pengertian
Metode
Metode
pembelajaran merupakan komponen yang sangat penting sebagai penunjang dalam
proses kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, guru diwajibkan untuk
menggunakan dan mencantumkan beberapa metode dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Metode (method)
adalah cara yang digunakan dalam belajar sehingga tujuan pembelajaran bisa
berhasil.
Pengertian
Metode Inkuiri
Metode
inkuiri adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa
yang telah didapatkan selama belajar. Inkuiri menempatkan peserta didik sebagai
subyek belajar yang aktif (Mulyasa, 2003:234) dalam Adang Heriawan (2012:103)
Metode
ini menekankan pada penemuan secara berkelanjutan dan pemecahan masalah secara
berkelanjutan. Kelebihan metode ini mendorong siswa berpikir secara ilmiah,
kreatif, intuitif dan bekerja atas dasar inisiatif sendiri, menumbuhkan sikap
objektif, jujur dan terbuka. Kelemahan bagi siswa yang pasif.
Langkah-langkah
Metode Inkuiri
Pembelajaran
yang menggunakan metode inkuiri secara umum dan
dipergunakan untuk mata pelajaran yang lainnya. Adapun langkah-langkahnya
sebagai berikut:
1) Menyadarkan keingintahuan
sesuatu
2) Mempradugakan suatu
jawaban
3) Menarik kesimpulan dan
4) Keputusan yang valid
untuk menjawab permasalahan yang didukung oleh bukti-bukti (Mulyasa, 2005:235)
5) Menggunakan kesimpulan
untuk menganalisis data yang baru.
Pembelajaran
Metode Inkuiri
Pembelajaran dengan inquiri
merupakan pembelajaran yang mendorong siswa terlibat aktif dalam pembelajaran,
baik secara mandiri dan kelompok. Keaktifan siswa tersebut didorong untuk
menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip yang kemudian dapat digunakannya dalam
melakukan percobaan untuk mendapatkan pengalaman yang bermakna. Pengalaman yang
bermakna itu diharapkan dapat dimanfaatkan dalam kehidupannya di dunia nyata.
Seperti yang dinyatakan oleh Bruner (dalam Nurhadi, 2004:72) “Kita mengajarkan
suatu bahan kajian tidak untuk menghasilkan suatu perpustakan hidup tentang
bahan kajian itu, tetapi ditujukan untuk membuat siswa berpikir untuk diri
mereka sendiri”.
Pelaksanaan pembelajaran inkuiri
intinya adalah memunculkan pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan topik atau
permasalahan yang dipelajari. Guru dan siswa dapat saling mengajukan
pertanyaan. Bentuk pertanyaan yang diajukan berupa pertanyaan pelacak yang
tidak menghendaki jawaban singkat. Pertanyaan pelacak, menurut Herawati
(2006:21), menggunakan jawaban yang diawali dengan (1) klarifikasi, (2) meminta
memberi alasan, (3) meminta kesepakatan pandangan, (4) meminta jawaban yang
lebih relevan, (5) meminta contoh, dan (6) meminta jawaban yang lebih kompleks. Dengan itu, pembelajaran inkuiri
dapat dikatakan juga sebagai suatu seni dan ilmu bertanya dan menjawab
(Nurhadi, 2004:73). Ketika topik atau permasalahan dimunculkan oleh guru maupun
siswa, maka akan memungkinkan munculnya pertanyaan yang berhubungan dengan
lintas ilmu lainnya, seperti sosial, politik, ekonomi, dan sebagainya. Dalam
proses bertanya dan menjawab, guru tidak melakukan intervensi, tetapi memainkan
peran sebagai mediator sehingga siswa benar-benar melakukan kegiatan inkuiri.
Peran dan tugas guru dalam
pembelajaran inkuiri ini berubah fungsi. Guru menjadi salah satu sumber
pembelajaran dan bukan satu-satunya sumber pembelajaran. Guru juga berperan
sebagai fasilitator dan mediator dalam aktivitas kelompok. Sejalan dengan peran
guru, maka tugas guru dalam pembelajaran inkuiri adalah memilih masalah yang
perlu dilontarkan untuk dipecahkan oleh siswa dan menyediakan sumber belajar
bagi siswa dalam rangka pemecahan masalah. Walaupun demikian, bimbingan dan
pengawasan tetap dilakukan oleh guru.
Pembelajaran dengan menggunakan
metode inkuiri dapat berhasil jika guru memperhatikan beberapa kriteria
berikut:
1) mendefinisikan
secara jelas topik inkuiri yang dianggap bermanfaat bagi siswa.
2) membentuk
kelompok-kelompok yang memperhatikan keseimbangan aspek akademik dan aspek
sosial.
3) menjelaskan
tugas dan menyediakan balikan kepada kelompok dengan cara yang responsif dan
tepat waktu.
4) intervensi
untuk meyakinkan terjadinya antara pribadi secara sehat dan terdapat dalam
kemajuan pelaksanaan tugas.
5) melakukan
evaluasi dengan berbagai cara untuk menilai kemajuan kelompok dan hasil yang
dicapai (Hamalik, 2008:221).
Pelaksanaan pembelajaran dengan inkuiri
menurut Sanjaya (2006: 199) dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
(1) orientasi, (2) merumuskan masalah, (3) mengajukan hipotesis, (4)
mengumpulkan data, (5) menguji hipotesis, dan (6) merumuskan kesimpulan.
Uno (2008: 15-16) juga mengemukakan
metode inkuiri terdiri atas lima tahapan.
Pertama, guru menjelaskan prosedur penelitian yang harus
dilakukan oleh siswa dan selanjutnya melontarkan permasalahan. Kedua,
siswa mengumpulkan data dan verifikasi. Ketiga, siswa mengumpulkan data
dan eksperimentasi. Keempat, siswa merumuskan penjelasan atau peristiwa
yang dialami. Kelima, siswa menganalisis proses penelitian yang telah
mereka lakukan.
Sehubungan dengan pelaksanaan
pembelajaran inkuiri, Nurhadi (2004: 43-44) menjelaskan, pelaksanaan metode inkuiri
tidak jauh berbeda dengan pendapat dua ahli di atas, yaitu:
(1)
merumuskan masalah, (2) mengamati dan melakukan
observasi, (3) menganalisis dan menyajikan hasil tulisan, gambar, laporan,
bagan, tabel, dan karya lainnya, dan (4) mengkomunikasikannya atau menyajikan
hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain.
Terkait dengan peningkatan
keterampilan menulis, langkah-langkah pembelajaran inkuiri untuk menulis
mengacu pada langkah-langkah yang dikemukakan oleh Nurhadi. Adapun
langkah-langkah yang akan dilaksanakan disesuaikan dengan pembelajaran
keterampilan menulis. Langkah-langkah yang dilakukan siswa dalam proses
pembelajaran melalui metode inkuiri, adalah sebagai berikut ini.
1) Merumuskan
masalah yang dijadikan topik dalam pembelajaran menulis. Guru mengajukan
pertanyaan pendahuluan tentang permasalahan yang ditetapkan, kemudian siswa
akan membuat pertanyaan sehubungan dengan permasalahan yang dimunculkannya.
2) Mengumpulkan
data melalui observasi. Langkah ini dapat dilakukan dengan cara pertama
mencari, membaca dan menentukan bahan bacaan atau sumber lain untuk mendapatkan
berbagai informasi sebagai data pendukung. Kedua, mengamati dan mengumpulkan
data dari objek yang diamati. Untuk mengumpulkan data dengan cara kedua, siswa
dapat memilih instrumen yang sesuai dengan permasalahan, misalnya observasi,
pengukuran, tes, wawancara, dan sebagainya.
3) Langkah ketiga dapat dilakukan dengan
dua tahap, pertama menganalisis dan membahas data-data yang ditemukan
yang dan disesuaikan dengan data-data pendukung dan mencari solusinya. Kedua,
menarik kesimpulan berdasarkan pembahasan.
4) Langkah
terakhir adalah mengkomunikasikan permasalahan yang dirumuskan dan dipecahkan
dalam bentuk tulisan.