This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jam

Budak Badeur: Teori Menulis Prosa Dengan Metode Inkuiri

Budak Badeur: Teori Menulis Prosa Dengan Metode Inkuiri:   Pengertian Menulis          Bahasa komunikasi sehari-hari yang biasa kita pergunakan ada tulisan dan lisan, Banyak  cara yang dilak...

Budak Badeur: Pembelajaran IPA Tentang Energi Alternatif

Budak Badeur: Pembelajaran IPA Tentang Energi Alternatif: Pengertian Energi Alternatif Energi alternatif adalah istilah yang merujuk kepada semua energi yang dapat digunakan yang bertujuan ...

Pembelajaran IPA Tentang Energi Alternatif



Pengertian Energi Alternatif
Energi alternatif adalah istilah yang merujuk kepada semua energi yang dapat digunakan yang bertujuan untuk menggantikan bahan bakar konvensional tanpa akibat yang tidak diharapkan dari hal tersebut. Umumnya, istilah ini digunakan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar hidrokarbon yang mengakibatkan kerusakan lingkungan akibat emisi karbon dioksida yang tinggi, yang berkontribusi besar terhadap pemanasan global berdasarkan Intergovernmental Panel on Climate Change. Selama beberapa tahun, apa yang sebenarnya dimaksud sebagai energi alternatif telah berubah akibat banyaknya pilihan energi yang bisa dipilih dengan tujuan yang berbeda dalam penggunaannya.
Istilah "alternatif" merujuk kepada suatu teknologi selain teknologi yang digunakan pada bahan bakar fosil untuk menghasilkan energi. Teknologi alternatif yang digunakan untuk menghasilkan energi dengan mengatasi masalah dan tidak menghasilkan masalah seperti penggunaan bahan bakar fosil.
Oxford Dictionary mendefinisikan energi alternatif sebagai energi yang digunakan bertujuan untuk menghentikan penggunaan sumber daya alam atau pengrusakan lingkungan.
Energi alternatif adalah energi pengganti daripada energi yang sering kita gunakan misalnya: minyak tanah, batu bara, atau bensin dimana sumber energi ini merupakan bahan bakar fosil yang nantinya bisa habis. Energi alternatif merupakan energi yang bisa terbarukan atau bisa dipakai terus menerus, mudah didapatkan dan ramah lingkungan.


Jenis Energi Alternatif
Jenis-jenis alternatif seperti matahari, angin, air dan panas bumi masih dapat dimanfaatkan secara terbatas karena penggunaan teknologi. Masih ada yang dapat dimanfaatkan untuk mengganti energi minyak bumi, sebagai berikut:
1). Etanol atau yang biasa dikenal sebagai alkohol, cairan yang gampang sekali menguap, tak berwarna dan bisa terbakar sangat berguna dalam kegiatan sehari-hari. Alkohol diproduksi dari tanaman, punya kandungan emisi yang sangat sedikit. Beberapa negara sudah mulai menggunakannya sebagai campuran bensin. Dengan komposisi 85 persen etanol dan 15 persen bensin.
2). Nitrogen cair bisa digunakan untuk teknologi bahan bakar di masa depan. Dengan memanaskan nitrogen cair dan mengambil ektrak panasnya untuk menggerakkan mesin sehingga bisa bekerja.
3). LPG saat ini sudah mulai memasyarakat di Indonesia. Sebutan lainnya untuk LPG adalah elpiji. Bahan bakar gas untuk konsumsi kompor. LPG bahan yang sangat mudah terbakar. Merupakan campuran hidrogen. Selain kompor juga penggunaan untuk transportasi sudah mulai marak. Sayangnya banyak konsumen yang tidak tahu memperlakukan LPG sebagai gas yang mudah terbakar. Sehingga kasus meledaknya kompor gas masih saja terjadi.
4). Gas Alam sering juga disebut sebagai BBG (Bahan Bakar Gas). Mempunyai tingkat polusi yang rendah jika dibandingkan dengan bensin dan diesel. Permasalahan yang timbul dari penggunaan BBG adalah harus menyimpannya dalam tabung/tangki yang kuat, karena bertekanan tinggi.
5). Sampah organik di beberapa negara sampah organis sudah dipergunakan untuk bahan bakar motor. Caranya dengan memproses sampah organis menjadi gas sintesis lalu dicampur dengan etanol agar mudah terbakar dalam prosesnya.
6). Tekanan udara, sudah dikembangkan oleh perusahaan mobil asal India, Tata Motor. Dengan menggunakan tekanan udara yang terkompresi tinggi tidak membutuhkan busi dan mesin pendingin. Penggunaan tekanan udara ini tentu saja akan menghemat biaya produksi.
7). Biodisel, bahan bakar ini dihasilkan dari minyak hewan dan nabati. Mempunyai emisi yang rendah. Hanya penggunaan Biodiesel bisa mengancam persediaan pangan manusia karena terbuat dari tumbuhan dan hewan.


Keuntungan dan Kerugian Energi Alternatif
1)     Keuntungan
Sumber energi alternatif dapat digunakan terus karena tidak akan habis, Energi yang dihasilkan sangat besar. Energi alternatif tidak mencemari lingkungan.
2)      Kerugian
Dibutuhkan biaya yang besar untuk memanfaatkan energi alternatif. Dibutuhkan teknologi tinggi dan pemikiran yang rumit untuk memanfaatkan energi alternatif.

Hakekat Pembelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”.
Hakikat pembelajaran IPA sebagai proses untuk melaksanakan pembelajaran yang melatih keterampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan.
Asy’ari, Muslichah (2006: 22) menyatakan bahwa keterampilan proses yang perlu dilatih dalam pembelajaran IPA meliputi keterampilan proses dasar misalnya mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta keterampilan proses terintegrasi misalnya merancang dan melakukan eksperimen yang meliputi menyusun hipotesis, menentukan variable, menyusun definisi operasional, menafsirkan data, menganalisis dan mensintesis data. Poedjiati (2005:78) menyebutkan bahwa keterampilan dasar dalam pendekatan proses adalah observasi, menghitung, mengukur, mengklasifikasi, dan membuat hipotesis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses dalam pembelajaran IPA di SD meliputi keterampilan dasar dan keterampilan terintegrasi. Kedua keterampilan ini dapat melatih siswa untuk menemukan dan menyelesaikan masalah secara ilmiah untuk menghasilkan produk-produk IPA yaitu fakta, konsep, generalisasi, hukum dan teori-teori baru.
Sehingga perlu diciptakan kondisi pembelajaran IPA di SD yang dapat mendorong siswa untuk aktif dan ingin tahu. Dengan demikian, pembelajaran merupakan kegiatan investigasi terhadap permasalahan alam di sekitarnya. Setelah melakukan investigasi akan terungkap fakta atau diperoleh data. Data yang diperoleh dari kegiatan investigasi tersebut perlu digeneralisir agar siswa memiliki pemahaman konsep yang baik. Untuk itu siswa perlu di bimbing berpikir secara induktif. Selain itu, pada beberapa konsep IPA yang dilakukan, siswa perlu memverifikasi dan menerapkan suatu hukum atau prinsip. Sehingga siswa juga perlu dibimbing berpikir secara deduktif. Kegiatan belajar IPA seperti ini, dapat menumbuhkan sikap ilmiah dalam diri siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi beberapa aspek yaitu faktual, keseimbangan antara proses dan produk, keaktifan dalam proses penemuan, berfikir induktif dan deduktif, serta pengembangan sikap ilmiah.
Pelaksanaan pembelajaran IPA seperti diatas dipengaruhi oleh tujuan apa yang ingin dicapai melalui pembelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran IPA di SD telah dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku di Indonesia. Kurikulum yang sekarang berlaku di Indonesia adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam kurikulum KTSP selain dirumuskan tentang tujuan pembelajaran IPA juga dirumuskan tentang ruang lingkup pembelajaran IPA, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan arah pengembangan pembelajaran IPA untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Sehingga setiap kegiatan pendidikan formal di SD harus mengacu pada kurikulum tersebut.


Ruang Lingkup Bahan
Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah meliputi kegiatan penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas, pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah. Lingkup pemahaman konsep dalam Kurikulum KTSP relatif sama jika dibandingkan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang sebelumnya digunakan. Secara terperinci lingkup materi yang terdapat dalam Kurikulum KTSP adalah: (1) makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. (2) benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. (3) energi dan perubahaannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. (4) bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Dengan demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran IPA kedua aspek tersebut saling berhubungan. Aspek kerja ilmiah diperlukan untuk memperoleh pemahaman atau penemuan konsep IPA.

Tujuan Belajar IPA
Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

Prinsip-prinsip Belajar IPA
Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan sekitanya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu mengutamakan peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran tersebut. Guru berkewajiban untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA. Tujuan ini tidak terlepas dari hakikat IPA sebagai produk, proses dan sikap ilmiah. Oleh sebab itu, pembelajaran IPA perlu menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat.
Asy’ari, Muslicah (2006:25) memaparkan beberapa prinsip pembelajaran IPA di SD sebagai berikut.
1) Empat Pilar Pendidikan Global, yang meliputi learning to know, learning to do, learning to be, learning to live together. Learning to know, artinya dengan meningkatkan interaksi siswa dengan lingkungan fisik dan sosialnya diharapkan siswa mampu membangun pemahaman dan pengetahuan tentang alam sekitarnya. Learning to do, artinya pembelajaran IPA tidak hanya menjadikan siswa sebagai pendengar melainkan siswa diberdayakan agar mau dan mampu untuk memperkaya pengalaman belajarnya. Learning to be, artinya dari hasil interaksi dengan lingkungan siswa diharapkan dapat membangun rasa percaya diri yang pada akhirnya membentuk jati dirinya. Learning to live together, artinya dengan adanya kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu akan membangun pemahaman sikap positif dan toleransi terhadap kemajemukan dalam kehidupan bersama.
2) Prinsip Inkuiri, prinsip ini perlu diterapkan dalam pembelajaran IPA karena pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, sedang alam sekitar penuh dengan fakta atau fenomena yang dapat merangsang siswa ingin tahu lebih banyak. Masnur Muslichah, dalam Istiqomah, Lailatul (2009:32) berpendapat bahwa inquiri diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Dengan demikian, pengetahuan dan keterampilan yang diperolah siswa tidak dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Beberapa komponen inqiuri yang terdapat dalam pembelajaran antara lain: (a) pengetahuan dan keterampilan akan lebih lama diingat apabila siswa menemukan sendiri, (b) informasi yang diperoleh siswa akan lebih mantap apabila diikuti dengan bukti-bukti atau data yang ditemukan sendiri oleh siswa, dan (c) siklus inquiri adalah observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data dan penyimpulan.
3) Prinsip Konstruktivisme. Dalam pembelajaran IPA sebaiknya guru dalam mengajar tidak memindahkan pengetahuan kepada siswa. Melainkan perlu dibangun oleh siswa dengan cara mengkaitkan pengetahuan awal yang mereka miliki dengan struktur kognitifnya.
4) Prinsip Salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, masyarakat). IPA memiliki prinsip-prinsip yang dibutuhkan untuk pengembangan teknologi. Sedang perkembangan teknologi akan memacu penemuan prinsip-prinsip IPA yang baru.
5) Prinsip pemecahan masalah. Pada dasarnya dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhadapan dengan berbagai macam masalah. Disisi lain, salah satu alat ukur kecerdasan siswa banyak ditentukan oleh kemampuannya memecahkan masalah. Oleh karena itu, pembelajaran IPA perlu menerapkan prinsip ini agar siswa terlatih untuk menyelesaikan suatu masalah.
6) Prinsip pembelajaran bermuatan nilai. Masyarakat dan lingkungan sekitar memiliki nilai-nilai yang terpelihara dan perlu dihargai. Oleh karena itu, pembelajaran IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan atau kontradiksi dengan nilai-nilai yang diperjuangkan masyarakat sekitar.
7) Prinsip Pakem (pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan). Prinsip ini pada dasarnya merupakan prinsip pembelajaran yang berorientasi pada siswa aktif untuk melakukan kegiatan baik aktif berfikir maupun kegiatan yang bersifat motorik. Ketujuh prinsip itu perlu dikembangkan dalam pembelajaran IPA yang kontekstual di SD. Hal ini bertujuan agar pembelajaran IPA lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa maksimal.
     


Teori Menulis Prosa Dengan Metode Inkuiri

 Pengertian Menulis
         Bahasa komunikasi sehari-hari yang biasa kita pergunakan ada tulisan dan lisan, Banyak  cara yang dilakukan untuk berkomunikasi tidak langsung yang menggunakan media sebagai perantaranya. Media tersebut salah satunya adalah menulis. Dengan menulis setiap orang dapat menyampaikan serta mengekspresikan idenya ke dalam sebuah tulisan.
     Menulis merupakan bentuk komunikasi dengan media bahasa tulis.  Sabarti Akhadiah memberikan penjelasan mengenai hal tersebut melalui pernyataannya sebagi berikut ini.
Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Adapun tulisan merupakan sebuah sistim komunikasi antar manusia yang menggunakan simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya (Akhadiah, 1977:1.3).

       Supani mengemukakan bahwa “menulis adalah keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain” (Supani, 1990:2) .
         “Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu” (Tarigan dalam Supriadi, 1993:254).

Manfaat Menulis
        Salah seorang tokoh peneliti belajar mengajar menulis yaitu Graves (dalam Akhadiah, 1997:1.4), menyampaikan manfaat menulis sebagai berikut.
1)        Menulis menyumbang kecerdasan.
2)        Menulis mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas.
3)        Menulis menumbuhkan keberanian.
4)        Menulis mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasai.

            Kegiatan dalam proses belajar tidak akan terlepas dari kegiatan menulis. Seperti dikemukakan oleh Yus Rusyana (dalam Kustianingsih, 1997:31) bahwa manfaat menulis adalah sebagai berikut.
1)             Mencatat sesuatu agar tidak dilupakan.
Kegiatan seperti ini yang paling umum adalah membuat catatan pada agenda harian, misalnya tentang acara kegiatan, dan garis besar sesuatu pembicaraan. Membuat catatan seperti ini berguna untuk mengatasi kelupaan dan dapat dijadikan sebagai dokumen yang dapat kita ungkap pada saat diperlukan.
2)             Mencatat Pikiran-pikiran
            Dalam kehidupan, kita menemukan masalah-masalah. Masalah-masalah itu kita pikirkan agar kita dapat menelaah dan memecahkannya. Pikiran yang dibiarkan berkecamuk dalam batin tanpa tercatat, akan sulit dipecahkan.
3)             Mencatat Renungan-renungan
            Dalam kegiatan sehari-hari kita sering merenungkan sesuatu. Kita menyadari bahwa hidup ini bukan kesia-siaan. Renungan ini jangan dilupakan, karena itu tulislah.
4)             Mencatat Gagasan-gagasan
        Pada suatu waktu pada diri kita timbul suatu gagasan. Tidak selamanya seseorang mampu melahirkan suatu gagasan. Oleh karena itu, pada waktu kita menemukan gagasan tulislah kemudian pikirkan dan laksanakan.
           Manfaat menulis seperti apa yang dikemukakan oleh Sabarti Akhadiah (1998:1-5) di antaranya sebagai berikut:
            1)  Kegiatan menulis dapat lebih mengerti kemampuan dan potensi diri kita. Kita dapat                              mengetahui sampai dimana pengetahuan kita tentang suatu topik.
2)      Kegiatan menulis dapat mengembangkan berbagai gagasan.
3)      Kegiatan menulis lebih banyak menyerap, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang kita tulis.
4)  Menulis berarti mengkomunikasikan gagasan secara sistimatis serta mengungkapkan secara tersurat.
5)      Kegiatan menulis kita dapat menilai diri kita secara objektif.
6)     Kegiatan menulis dapat memecahkan permasalahan yaitu dengan menganalisanya secara tersurat dalam konteks yang kongkrit.
7)     Kegiatan menulis dapat mendorong belajar lebih aktif. Kita menjadi penemu dan pemecah masalah.
8)    Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita berpikir serta berbahasa secara baik.

       Dari ketiga kutipan diatas manfaat dari menulis adalah menumbuhkan keberanian untuk bertindak dengan menuangkan pikiran-pikirannya serta mengasah kompetensi diri untuk belajar mengekspresikan setiap idenya kedalam tulisan, sehingga bermanfaat dalam kehidupan kita.

Fungsi Menulis
             Menulis mempunyai beberapa fungsi. Yus Rusyana (1986), mengemukakan fungsi menulis sebagai berikut.
1)            Fungsi Penataan
Pada waktu mengarang terjadi penataan terhadap gagasan, pendapat, imajinasi, serta penggunaan bahasa untuk mewujudkannya. Oleh karena itu mempunyai wujud tersusun.
2)             Fungsi Pengawetan
Menulis berfungsi untuk mengawetkan pengutaraan sesuatu dalam wujud dokumen tertulis. Dokumen tertulis itu sangat berharga untuk mengungkapkan kehidupan pada jaman dahulu.
3)             Fungsi Penciptaan
Dengan Menulis kita menciptakan sesuatu yaitu mewujudkan sesuatu yang baru. Karangan sastra menunjukkan fungsi demikian. Begitu pula karangan filsafat dan keilmuan ada yang menunjukkan fungsi penciptaan.
4)            Fungsi Penyampaian
Penyampaian itu terjadi bukan saja kepada orang yang berdekatan tempatnya, melainkan juga kepada orang yang berjauhan. Penyampaian juga dapat terjadi pada masa yang berlainan (Rusyana, 1986:1-6).
Berdasarkan kutipan di atas menulis adalah alat komunikasi yang mempunyai fungsi menyampaikan sesuatu tanpa tatap muka, tetapi juga berfungsi  sebagai penataan, pengawetan, dan penciptaan. 

Keterampilan Menulis
       Menulis merupakan suatu keterampilan dalam berbahasa. Berdasarkan urutan perolehan keterampilan berbahasa, menulis merupakan keterampilan berbahasa yang terakhir setelah mendengarkan, berbicara, membaca. 
      Seseorang yang hendak melakukan kegiatan menulis setidaknya harus menguasai tiga keterampilan berbahasa lainnya. Karena untuk melahirkan sebuah tulisan, seorang penulis harus mempunyai informasi yang cukup yang dapat diperolehnya melalui mendengarkan, berbicara, dan membaca. Akhadiah (1992:1) menyatakan “Keterampilan menulis merupakan pengetahuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan”. 
            Hal yang sama juga dikemukakan oleh Atmazaki (2006: vi), bahwa seorang pengarang yang baik adalah juga seorang pembaca yang baik dan seorang pengarang yang baik juga merupakan seorang pendengar yang baik. Hasil bacaan yang dibaca dan hasil informasi yang didengar akan menentukan hasil tulisan yang ditulis oleh seorang pengarang. Dapat dikatakan bahwa kualitas tulisan seorang ditentukan oleh seberapa banyak informasi berkualitas yang diperolehnya.
Keterampilan menulis tidak hanya dipengaruhi oleh keterampilan berbahasa lainnya. Akan tetapi, juga dipengaruhi aspek kemampuan seseorang menggunakan bahasa dalam mengkomunikasikan gagasannya dalam bentuk tulisan. Marahimin (2005:14) mengemukakan “Terdapat teknik-teknik tertentu yang perlu dikuasai agar komunikasi kita dengan orang lain itu bisa berjalan lancar, efektif, dan efesien”. Maka, kemampuan seseorang dalam mengkomunikasikan ide-ide ataupun gagasan-gagasannya secara tertulis juga dipengaruhi oleh keterampilannya dalam menguasai teknik-teknik berbahasa, seperti kebahasaan dan nonkebahasaan.
Menurut Semi (1990: 10), seorang penulis harus memiliki tiga keterampilan dasar dalam menulis agar ia dapat menghasilkan tulisan yang baik. Tiga keterampilan itu adalah,
pertama, keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menggunakan ejaan, tanda baca, pembentukan kata, pemilihan kata, dan penggunaan kalimat yang efektif. Kedua, keterampilan penyajian. Keterampilan penyajian merupakan keterampilan penyajian ide secara sistematis. Ketiga¸ Keterampilan perwajahan. Keterampilan perwajahan adalah keterampilan tipografi dan pemanfaatan sarana tulis secara efektif dan efesien.

         Walaupun demikian, keterampilan menulis tidak saja harus melalui penyampaian kaidah-kaidah tentang konsep-konsep menulis. Hakikatnya, konsep-konsep menulis memang penting sebagai landasan dalam mengembangkan sebuah tulisan. Namun, yang terpenting dalam memperoleh “keterampilan menulis adalah latihan-latihan dan bimbingan. Latihan-latihan inilah yang menjadi inti dari segala macam pelajaran menulis” (Marahimin, 2005: 21).
     Untuk memperoleh keterampilan menulis yang dilakukan dalam bentuk latihan-latihan, sebelumnya seorang penulis harus memiliki kemampuan dalam menulis. Kemampuan menulis sangat membantu dalam mengkomunikasikan ide dan gagasan dalam tulisan. Adapun kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang penulis, menurut Syafi’ie (1998: 45-47), (1) kemampuan menemukan masalah yang akan ditulis; (2) kepekaan tehadap kondisi bacaan; (3) menyusun perencanaan penulisan; (4) kemampuan menggunaan bahasa Indonesia; (5) kemampuan memulai menulis; (6) kemampuan memeriksa naskah sendiri. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Rusyana (1984: 191) sebagai berikut:
Kemampuan menulis mencakup berbagai kemampuan seperti: kemampuan menguasai gagasan yang akan dikemukakan, kemampuan menggunakan unsur-unsur bahasa, kemampuan menggunakan bentuk karangan, kemampuan menggunakan gaya, dan kemampuan menggunakan ejaan dan tanda baca.


Berbagai Kegiatan Menulis

        Keterampilan menulis dapat diklasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan atau aktivitas dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil produk menulis itu. Klasifikasi keterampilan menulis berdasarkan sudut pandang kedua menghasilkan pembagian produk menulis atas empat kategori, yaitu: karangan narasi, eksposisi, deskripsi, dan argumentasi.
           Berdasarkan dua acuan tersebut di atas dapat disusun jenis-jenis kegiatan dalam pembelajaran keterampilan menulis tersebut dengan susunan dari yang mudah menuju kepada yang sukar adalah sebagai berikut: (1) Menyusun karangan bersama, (2) Menyusun kembali karangan yang diacak, (3) Menyelesaikan cerita tertulis, (4) Meringkas (sinopsis) bacaan, (5) Reka cerita gambar, (6) Mendeskripsikan sesuatu, (7) Mengembangkan judul, (8) Menulis surat, (9) Menyusun dialog, (10) Menyusun laporan, (11) Menyusun iklan, slogan, poster, dan spanduk, (12) Meresensi buku, (13) Menyusun karangan ilmiah.

Pengertian Prosa
         Prosa adalah karangan bebas yang tidak terikat oleh banyaknya baris, banyaknya suku kata, dalam setiap baris serta tak terikat oleh irama dan rimanya seperti dalam puisi. Prosa berbeda dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin "prosa" yang artinya "terus terang". Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya. Prosa kadangkala juga disebut dengan istilah "gancaran".

Jenis-jenis Prosa
         Prosa biasanya dibagi menjadi empat jenis: (1) Prosa Naratif, (2) Prosa Deskriptif, (3) Prosa Eksposisi, (4) Prosa Argumentatif.
Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya.

Pengertian Metode
       Metode pembelajaran merupakan komponen yang sangat penting sebagai penunjang dalam proses kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, guru diwajibkan untuk menggunakan dan mencantumkan beberapa metode dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Metode (method) adalah cara yang digunakan dalam belajar sehingga tujuan pembelajaran bisa berhasil.

Pengertian Metode Inkuiri
Metode inkuiri adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inkuiri menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa, 2003:234) dalam Adang Heriawan (2012:103)
Metode ini menekankan pada penemuan secara berkelanjutan dan pemecahan masalah secara berkelanjutan. Kelebihan metode ini mendorong siswa berpikir secara ilmiah, kreatif, intuitif dan bekerja atas dasar inisiatif sendiri, menumbuhkan sikap objektif, jujur dan terbuka. Kelemahan bagi siswa yang pasif.

Langkah-langkah Metode Inkuiri
Pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri secara umum dan  dipergunakan untuk mata pelajaran yang lainnya. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1)        Menyadarkan keingintahuan sesuatu
2)        Mempradugakan suatu jawaban
3)        Menarik kesimpulan dan
4)        Keputusan yang valid untuk menjawab permasalahan yang didukung oleh bukti-bukti (Mulyasa, 2005:235)
5)         Menggunakan kesimpulan untuk menganalisis data yang baru.

Pembelajaran Metode Inkuiri
          Pembelajaran dengan inquiri merupakan pembelajaran yang mendorong siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, baik secara mandiri dan kelompok. Keaktifan siswa tersebut didorong untuk menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip yang kemudian dapat digunakannya dalam melakukan percobaan untuk mendapatkan pengalaman yang bermakna. Pengalaman yang bermakna itu diharapkan dapat dimanfaatkan dalam kehidupannya di dunia nyata. Seperti yang dinyatakan oleh Bruner (dalam Nurhadi, 2004:72) “Kita mengajarkan suatu bahan kajian tidak untuk menghasilkan suatu perpustakan hidup tentang bahan kajian itu, tetapi ditujukan untuk membuat siswa berpikir untuk diri mereka sendiri”.
      Pelaksanaan pembelajaran inkuiri intinya adalah memunculkan pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan topik atau permasalahan yang dipelajari. Guru dan siswa dapat saling mengajukan pertanyaan. Bentuk pertanyaan yang diajukan berupa pertanyaan pelacak yang tidak menghendaki jawaban singkat. Pertanyaan pelacak, menurut Herawati (2006:21), menggunakan jawaban yang diawali dengan (1) klarifikasi, (2) meminta memberi alasan, (3) meminta kesepakatan pandangan, (4) meminta jawaban yang lebih relevan, (5) meminta contoh, dan (6) meminta jawaban yang lebih kompleks. Dengan itu, pembelajaran inkuiri dapat dikatakan juga sebagai suatu seni dan ilmu bertanya dan menjawab (Nurhadi, 2004:73). Ketika topik atau permasalahan dimunculkan oleh guru maupun siswa, maka akan memungkinkan munculnya pertanyaan yang berhubungan dengan lintas ilmu lainnya, seperti sosial, politik, ekonomi, dan sebagainya. Dalam proses bertanya dan menjawab, guru tidak melakukan intervensi, tetapi memainkan peran sebagai mediator sehingga siswa benar-benar melakukan kegiatan inkuiri.
             Peran dan tugas guru dalam pembelajaran inkuiri ini berubah fungsi. Guru menjadi salah satu sumber pembelajaran dan bukan satu-satunya sumber pembelajaran. Guru juga berperan sebagai fasilitator dan mediator dalam aktivitas kelompok. Sejalan dengan peran guru, maka tugas guru dalam pembelajaran inkuiri adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan untuk dipecahkan oleh siswa dan menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka pemecahan masalah. Walaupun demikian, bimbingan dan pengawasan tetap dilakukan oleh guru.
           Pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri dapat berhasil jika guru memperhatikan beberapa kriteria berikut:
1)  mendefinisikan secara jelas topik inkuiri yang dianggap bermanfaat bagi siswa.
2)  membentuk kelompok-kelompok yang memperhatikan keseimbangan aspek akademik dan aspek sosial.
3)  menjelaskan tugas dan menyediakan balikan kepada kelompok dengan cara yang responsif dan tepat waktu.
4) intervensi untuk meyakinkan terjadinya antara pribadi secara sehat dan terdapat dalam kemajuan pelaksanaan tugas.
5)  melakukan evaluasi dengan berbagai cara untuk menilai kemajuan kelompok dan hasil yang dicapai (Hamalik, 2008:221).
        Pelaksanaan pembelajaran dengan inkuiri menurut Sanjaya (2006: 199) dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : (1) orientasi, (2) merumuskan masalah, (3) mengajukan hipotesis, (4) mengumpulkan data, (5) menguji hipotesis, dan (6) merumuskan kesimpulan.
Uno (2008: 15-16) juga mengemukakan metode inkuiri terdiri atas lima tahapan.
Pertama, guru menjelaskan prosedur penelitian yang harus dilakukan oleh siswa dan selanjutnya melontarkan permasalahan. Kedua, siswa mengumpulkan data dan verifikasi. Ketiga, siswa mengumpulkan data dan eksperimentasi. Keempat, siswa merumuskan penjelasan atau peristiwa yang dialami. Kelima, siswa menganalisis proses penelitian yang telah mereka lakukan.

       Sehubungan dengan pelaksanaan pembelajaran inkuiri, Nurhadi (2004: 43-44) menjelaskan, pelaksanaan metode inkuiri tidak jauh berbeda dengan pendapat dua ahli di atas, yaitu:
(1)     merumuskan masalah, (2) mengamati dan melakukan observasi, (3) menganalisis dan menyajikan hasil tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya, dan (4) mengkomunikasikannya atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain.

          Terkait dengan peningkatan keterampilan menulis, langkah-langkah pembelajaran inkuiri untuk menulis mengacu pada langkah-langkah yang dikemukakan oleh Nurhadi. Adapun langkah-langkah yang akan dilaksanakan disesuaikan dengan pembelajaran keterampilan menulis. Langkah-langkah yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran melalui metode inkuiri, adalah sebagai berikut ini.
1)      Merumuskan masalah yang dijadikan topik dalam pembelajaran menulis. Guru mengajukan pertanyaan pendahuluan tentang permasalahan yang ditetapkan, kemudian siswa akan membuat pertanyaan sehubungan dengan permasalahan yang dimunculkannya.
2)     Mengumpulkan data melalui observasi. Langkah ini dapat dilakukan dengan cara pertama mencari, membaca dan menentukan bahan bacaan atau sumber lain untuk mendapatkan berbagai informasi sebagai data pendukung. Kedua, mengamati dan mengumpulkan data dari objek yang diamati. Untuk mengumpulkan data dengan cara kedua, siswa dapat memilih instrumen yang sesuai dengan permasalahan, misalnya observasi, pengukuran, tes, wawancara, dan sebagainya.
3)        Langkah ketiga dapat dilakukan dengan dua tahap, pertama menganalisis dan membahas data-data yang ditemukan yang dan disesuaikan dengan data-data pendukung dan mencari solusinya. Kedua, menarik kesimpulan berdasarkan pembahasan.
4)         Langkah terakhir adalah mengkomunikasikan permasalahan yang dirumuskan dan dipecahkan dalam bentuk tulisan.